Kampanye Sosial Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Pada Bawang Merah

Kegiatan kampanye sosial ini akan dilakukan di 5 kabupaten di Jawa Timur dan 3 Kabupaten di Nusa Tenggara Barat dengan target ke 13.000 petani bawang merah

Nganjuk, 16 Mei 2017 – CropLife Indonesia bekerjasama dengan program Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) hari ini mengadakan kampanye sosial pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman bawang merah di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk. Acara ini dihadiri oleh Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan, dan beberapa undangan: Bapak Ir. Agus Sutaryanto MM sebagai Kasubdit Pestisida dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Bapak Ahmad Zakin selaku Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten Nganjuk, Adi Wijaya perwakilan dari PRISMA, aplikasi Karsa dan beberapa perusahaan anggota CropLife Indonesia.

Petani bawang merah di Indonesia sering menghadapi biaya produksi yang tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Petani masih kurang memiliki pengetahuan mengenai praktis pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktis penggunaan pestisida yang baik (Good Pesticide Practice) untuk menghadapi penyakit dan hama. Aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan ciri khas dari produksi bawang merah di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi yang tinggi dan keuntungan yang sedikit, efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak ekosistem lingkungan. Sehubungan dengan tingginya ini, CropLife Indonesia bekerja sama dengan PRISMA mempromosikan kampanye kesadaran akan pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHPT). Kampanye ini didukung pula oleh media aplikasi online yaitu Karsa sebagai penyedia informasi pertanian di aplikasi smartphone dan situs web.

“Kampanye pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah bentuk kepedulian CropLife terhadap para petani bawang merah di Indonesia, dimana Kami sebagai asosiasi dari delapan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pestisida dan benih di Indonesia bertanggung jawab untuk memberikan edukasi tentang penggunaan pestisida yang tepat guna sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman (stewardship). Kampanye ini sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para petani dan toko tani akan bahayanya produk pestisida palsu,” kata Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan.

Kampanye sosial ini dihadiri oleh lebih dari 600 petani bawang merah dari lima kecamatan sentra dan beberapa kecamatan pengembangan bawang merah di Kabupaten Nganjuk. Pada acara ini, masing-masing perusahaan anggota CropLife Indonesia mengusung tema edukasi yang berbeda antara lain: pengendalian hama dan penyakit terpadu, alat pelindung diri, anti pemalsuan produk, manajemen resistensi, perawatan alat semprot, label, dan lima aturan utama pestisida. Pada waktu yang bersamaan pula, CropLife Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pertanian Nganjuk bekerja sama memberikan pelatihan kepada petugas lapangan yang berkaitan dengan bawang merah sebanyak 30 petugas. “Kami berinisiatif untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Dinas Pertanian Nganjuk untuk  memperluas wawasan dan membantu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para petugas lapangan dalam bentuk pelatihan Para petugas lapangan ini yang nantinya akan menyampaikan edukasi terhadap petani atau desa binaan mereka mengenai pengendalian hama dan penyakit terpadu pada bawang merah. Diharapkan hingga akhir tahun 2017, 5.000 petani bawang merah di Nganjuk sudah mendapatkan wawasan baru mengenai edukasi yang kami adakan hari ini.,” ujar Agung.

Petani bawang merah khususnya di Nganjuk, selalu menghadapi permasalahan besar dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka, terutama di musim tanam raya. Petani dalam mengaplikasikan pestisida cenderung tidak rasional, bahkan menggunakan campuran dengan pestisida lain yang tidak jelas asal muasalnya (palsu). Hal ini dapat berdampak pada pemborosan biaya produksi sekaligus pestisida tersebut tidak akan efektif.

Perwakilan dari PRISMA, Adi Wijaya menyampaikan, “Kerja sama PRISMA dengan Croplife Indonesia dan Dinas Pertanian Nganjuk merupakan contoh nyata kerjasama antara sektor swasta dengan pihak pemerintah yang bertujuan untuk memajukan pertanian bawang merah. Kami harapkan juga kegiatan ini dapat pula dikembangkan ke daerah-daerah lain khususnya di wilayah sentra bawang merah di Indonesia.”

Penyedia aplikasi pertanian yaitu Karsa juga turut mendukung program ini dengan memberikan informasi secara online mengenai materi-materi penting dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu. Informasi ini dapat diakses dengan mudah oleh para petani dan petugas lapangan dengan menggunakan smartphone. “Informasi mengenai pertanian disediakan oleh Karsa secara online, sehingga dapat menjangkau para petani dan pelaku pasar tanpa terkendala oleh waktu dan tempat. Dengan fitur interaktif dalam aplikasi ini, petani juga dapat memperoleh informasi secara cepat dan up to date”, ujar Yudha Kartohadiprodjo Co-Founder Karsa.

Kabupaten Nganjuk adalah sentra produksi bawang merah yang menjadi penyangga kebutuhan nasional. Bisnis bawang merah di Nganjuk masih sangat menggiurkan bagi petani dan pelaku bisinis, menurut data dari Dinas Pertanian Nganjuk, di tahun 2016 luas tanam bawang merah mencapai 12.140 ha dengan jumlah produksi sebesar 135.647 ton.

“Edukasi tentang pengendalian hama dan penyakit terpadu perlu menjadi prioritas bagi semua pengusaha bisnis pestisida karena bisnis pertanian tidak hanya pada keuntungan semata namun tetap memperhatikan kelestarian ekosistem, faktor kesehatan dan kesinambungan bisnis dengan para petani,” pungkas Agung.

Tentang CropLife Indonesia

CropLife Indonesia merupakan bagian dari federasi global yang beranggotakan asosiasi regional dan nasional dari 91 negara.CropLife Internasional berkedudukan di Brussel, Belgia, dimana untuk CropLife Asia, yang mewadahi CropLife Indonesia, berkedudukan di Singapura.

CropLife Indonesia merupakan asosiasi nirlaba yang mewakili kepentingan petani dan industry benih dan pestisida, yang beranggotakan: BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta.

CropLife Indonesia berkomitmen untuk bersinergi menjadi mitra pemerintah, petani dan stakeholder dalam memajukan sektor pertanian melalui berbagai inovasi dan tekhnologi produk perlindungan tanaman dan benih bioteknologi, dimana sektor Pertanian memainkan peran penting dalam ekonomi Indonesia, tidak hanya perannya dalam menyediakan nutrisi pangan pokok sehat bagi 258 juta (june 2016) penduduk Indonesia, tapi juga sebagai penyedia utama industri lain seperti makanan, minuman dan juga hewan ternak.

Related Post